Sunday, 26 January 2014

Aldila Dipamela || sukses berkat kreasi rajut

                                                                   Aldila Dipamela
KETERTARI­KANNYA ke dunia wira usaha sejak duduk di­bangku sekolah mengantarkan Aldila Dipamela (20) menjadi finalis Wirausaha Muda Mandiri Nasional.
Mahasiswa Fakultas Teknik Informatika Universitas Siliwangi Tasikmalaya, terpilih menjadi Wirausaha muda tingkat Jawa Barat kategori Industri Mahasiswa. Dila panggilan akrab mahasiswi angkatan 2010 itu menyisihkan wirausahawan muda lainya dari berbagai daerah di Jabar.
Rentang antara tanggal 11 sampai 21 Januari 2013 mendatang menjadi waktu yang sangat menentukan bagi warga Letkol Komor Kartaman, Kecamatan Tawang Kota Tasik­malaya itu menjadi pengusaha muda terbaik tingkat nasional.
“Mudah-mudahan saja bisa menjadi yang terbaik, tapi saingannya kan banyak,” kata Dila kepada Kabar Priangan Rabu (26/12).
Produk unggulan yang dibawa Dila dalam persentasi Wirausaha Muda Mandiri Jawa barat berupa kelom geulis rajut buatanya. Hasilnya cukup memuakau para dewan juri dan menempatkan dila sebagai wirausaha muda mandiri Jawa Barat.
Awal ketertarikan dila ke dunia usaha bermula saat duduk di bangku SMA tahun 2008 lalu. Ide kreatif muncul saat melirik kalung-kalung unik yang sering dikenakan para siswa. Ia pun mencoba membuat kalung dan ternyata diminati oleh siswa lainya.
Bermodalkan menyisihkan uang jajan dari orang tua dila terus menggeluti usaha tersebut dan bisa terkumpul modal hingga Rp 500.000. Apa yang dilakukan Dila sedikitpun tidak diketahui oleh orang tuanya.
Ide kreatif gadis muda itu terus berputar dan tidak berhenti hanya pada kalung tetapi mencoba menggeluti kerajinan rajut. Hasilnya lumayan peminat rajutan karya Dila pun bermunculan.
Lantas kereasi rajut tersebut diterapkan diberbagai kerajinan khas tasik baik itu mukena, tas mendong dan akhirnya pilihanya jatuh ke kelom geulis rajut.
Tahun 2012, industri yang dimulai dari iseng tersebut mendapat respon cukup bagus dari masyarakat baik lokal maupun Nasional. Produk Dila yang diberi merek “Ryla” langsung membumi dan banyak diminati masyarakat. Pasar Bali, Jakarta dan juga Pontianak menjadi sasaran hasil karyanya.
“Alhamdullilah banyak yang suka, sekaranag ini dalam sehari keluar antara 1 sampai 2 kodi untuk kelom geulis rajut,” katanya.
Perputaran uang di kelom geulis rajut cukup tinggi yang akhirnya Dila memutuskan untuk fokus dalam industri alas kaki. Pasar menengah atas menjadi incaran Dila dalam membidik konsumen Harga jual sepasang kelom geulis rajut dipatok Rp 125.000, sebuah harga yang lumayan jika dibanding dengan harga kelom geulis biasa.
Menggandeng pengrajin kelom geulis di wilayah Tamansari menjadi satu keharusan yang dilakukannya saat ini. Namun kualitas bahan tetap diutamakan.
Dalam rentang waktu hanya beberapa tahun saja, omset Dila langsung melesat. Saat ini omsetnya sudah menembus angka 70 juta perbulan.
“Saya belum berani menggunakan uang tersebut untuk keperluan lain kecuali untuk modal.Jadi semuanya ditambahkan untuk memperbesar modal,” katanya.
Kerja keras, ulet serta ketekunan dalam menggeluti usaha menjadi modal besar yang dimiliki pemilik Ryla Shop yang dijual lewat media online melalui www. Rylashop.com. Dukungan moril kedua orang tua juga menjadi modal tambahan dan menambah energi untuk terus berkarya.
Ikut pelatihan setiap hari Jumat di Korwil Mandiri Jalan Sukarno Hatta Bandung menjadi aktifitas rutin dalam mempersiapkan diri membawa Jabar di tingkat Nasional.
Bolak balik Tasik Bandung menjadi kegiatan rutin selain kuliah di Unsil. “Meskipun sibuk dibidang wirausaha, kuliah tetap diuatamakan, saat ada pelatihan di Bandung, jadwal kuliah ngikut ke jam lain,” katanya. E-20***

No comments:

Post a Comment